Label

Senin, 04 Juni 2012

Informasi Umum Pohon Suren (Toona Sureni)


Suren (toona sureni) dikenal dengan berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh, seperti surian (Sumatra), surian wangi (Malaysia), danupra (Philippina), yetama (Myanmar), surian (Thailand) dan nama perdagangannya yaitu limpaga. Kayunya berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan.
Pohon suren tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 2.700 m dpl dengan temperature 22ºC. Bagian tanaman pohon suren yang dapat dimanfaatkan selain kayunya sebagai bahan bangunan, furniture, veneer, panel kayu dan juga kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daun suren dipakai sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buah suren dapat disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk suren tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai winbreak di perkebunan teh.
Pohon suren sering dijumpai dihutan-hutan primer maupun sekunder, suren ini juga banyak tumbuh di pedesaan. Kayu suren bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik. Kayu suren sering digunakan untuk lemari, mebel, interior ruangan, panel, dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas. Beberapa bagian pohon suren terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat terumama diare. Kulit dan buah suren dapat digunakan untuk minyak astiri
Deskripsi Pohon Suren
Ciri fisik pohon suren adalah kulit batang terlihat pecah-pecah dan seolah-olah tumpang tindih, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu-abuan dan mengeluarkan aroma ketika dipotong. Kayu suren ringan dengan gubal merah muda dan teras coklat pohon suren ini memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Ada ciri lain yang dapat membedakan suren secara sekilas, yaitu :
  1. Batang : Bentuk batang suren lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon suren dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang pohon suren kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.
  2. Daun : Daun suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon suren berdiameter 1-2 m.
  3. Bunga : Kedudukan bunga suren adalah terminal dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga pohon suren membentuk malai sampai 1 meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.
  4. Buah : musim buah pohon suren 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah suren berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6 9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu, pohon suren seperti meranggas/tidak berdaun. Warna benih suren coklat , panjang benih 3-6 mm dan 2-4 mm lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih. Ekstraksi : Buah disimpan diatas tampah kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari dari jam 9-12 siang, kemudian dirontokkan dengan cara memukul-mukul tangkai buah di atas tampah atau dalam karung agar benih tidak terbang. Untuk seleksi dapat dengan cara menampi agar benih dan kotoran terpisah.
  5. K a y u : Gubal kayu suren berwarna kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam kelas kayu ringan.
  6. Viabilitas benih : Benih suren mempunyai kadar air awal sekitar 11% sehingga viabilitasnya akan turun setelah 2 3 bulan. Apabila disimpan dalam ruang AC (18º-20ºC) dapat bertahan sampai 5 bulan dengan daya kecambah 56%.
  7. Perkecambahan / Persemaian : Secara umum, benih suren dapat dikecambahkan dengan menabur benih suren dalam bedengan maupun polibag. tetapi untuk praktisnya dapat dilakukan dengan cara menggantung rangkaian buah di atas bedengan dan buah akan merekah dengan sendirinya dan benih tidak akan terbang jauh, setelah itu disapih ke dalam polibag. Sedangkan cara lain yaitu dengan menabur benih suren di dalam bak kecambah. Media kecambah digunakan campuran tanah+pasir (1:1) dan setelah benih suren ditabur ditutup dengan media yang sama. Setelah berumur 2 – 3 minggu (berdaun 2) semai dapat dipindahkan ke polibag ukuran 10 x 12 cm.
  8. Pembibitan : Media yang digunakan campuran tanah+pasir+kompos (7:2:1) dan setiap 1 m³ media ditambahkan pupuk TSP 1 sendok makan (5gr), kemudian masukkan ke dalam polibag ukuran 10×12 cm. Semai disimpan di bawah naungan (shadingnet) dengan intensitas cahaya 90%. Setelah berumur 3 bulan dipersemaian dapat dipindahkan ke lapangan.
  9. Penanaman : Di daerah Cianjur ( Desa Cugenang ) dekat Perkebunan teh Gedeh, masyarakat biasa menanam disekeliling kebun atau sawah sebagai pembatas blok atau tersebar ditengah-tengah kebun. Sedangkan di perkebunannya sendiri tersebar di antara tanaman teh dan di pinggir jalan sepanjang perkebunan.
sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar